22 June 2016

Review: Maggie’s Plan (2016)


"Good luck with that, bossypants."

Siapa yang tidak bahagia ketika rencana yang telah ia susun dan lakukan berhasil memberinya kehidupan di zona yang aman dan nyaman. Mayoritas dari penduduk bumi pasti memimpikan hal tersebut untuk terjadi pada mereka, namun pasti ada pula yang lebih mencintai tantangan dalam kehidupannya, satu rencana tercapai lalu ia merasa bosan maka ia mulai menyusun rencana baru. Tapi setiap rencana punya “cara” untuk memberimu kejutan yang tidak semuanya dapat kamu kendalikan. Menggunakan usaha mencari kebahagiaan Maggie's Plan coba menggambarkan hal tadi, sebuah romance comedy yang lucu dan manis.

Menjadi seorang ibu merupakan impian dari wanita mandiri bernama Maggie (Greta Gerwig) yang kemudian memutuskan untuk melakukan inseminasi buatan. Namun rencana Maggie untuk menjadi ibu tunggal sirna ketika ia jatuh cinta pada seorang "ficto-critical anthropologist" bernama John Harding (Ethan Hawke), duda yang memiliki anak dari pernikahannya dengan Professor Georgette (Julianne Moore). Maggie menikah dengan John tapi suatu ketika ia merasa gelora asmara di antara mereka telah berubah menjadi dingin. Oleh karena itu Maggie menyusun rencana lain: ia ingin menyatukan kembali John dan Georgette. 



Seperti judulnya 'Maggie's Plan' punya rencana yang menarik, membawa penonton mengamati kehidupan tiga orang yang ditakdirkan untuk memiliki ikatan satu sama lain dengan berpusat pada seorang wanita yang seolah mencintai tantangan. Maggie adalah wujud dari manusia yang merasa kurang nyaman berada di zona nyaman, ketika ia merasa ada yang kurang ia tidak takut untuk melakukan action dan menyusun rencana baru agar kehidupannya kembali menarik. Maggie’s Plan berisikan usaha mencari kebahagiaan, sekilas memang tampak “kotor” dengan memunculkan plot yang seolah mempermainkan kehidupan orang lain tapi itu tidak jatuh jadi menjengkelkan. Kuncinya terletak pada pendekatan yang ditampilkan, Maggie’s Plan punya kompleksitas moral tapi cara film ini bermain terasa fun, menampilkan kasih sayang dalam bentuk komedi modern.



Sumbernya kesuksesan itu adalah sutradara dan screenwriter, Rebecca Miller. Menggunakan template dan sentuhan rasa layaknya romantic comedy ala Woody Allen film ini dibawa Rebecca Miller menjadi sebuah proses mengamati yang cukup engaging. Maggie’s Plan terasa generik sejak sinopsis tapi Rebecca Miller mampu olah dengan cermat, ini punya cerita yang mengalir dengan baik sehingga plot serta karakter berkembang semakin menarik untuk diamati. Suka dengan cara Miller membuat cerita terus tampak sederhana sehingga memberikan karakter ruang yang lega, namun di sisi lain ia terus membuat cerita bolak-balik dengan didorong upaya untuk “menertawakan” kenaifan yang dimiliki oleh Maggie. Skenario itu berjalan dengan baik berkat kemampuan Miller dalam menyeimbangkan tone cerita, Maggie’s Plan punya unsur drama yang menarik dan pusat namun unsur-unsur komik punya kuantitas yang lebih besar dengan eksekusi yang memikat. 



Alhasil film ini tidak pernah terasa berat, punya inti emosi yang baik tapi mudah "dicerna," tidak pernah terasa menggurui dan bersifat ofensif sehingga penonton mudah tersenyum dan tertawa menyaksikan karakter beraksi. Maggie’s Plan memang punya beberapa minus, seperti karena punch yang merata ini miskin “momen besar” dan tajam, namun berkat kinerja cast itu tidak menjadi hal yang mengganggu. Ensemble cast tampil baik termasuk Maya Rudolph dan Bill Hader yang mampu mencuri sedikit perhatian. Bintang utamanya adalah Greta Gerwig, Maggie adalah tipe karakter yang sangat “akrab” dengannya, energi dan kesan “sinting” berhasil ia tampilkan dengan menarik. Sementara itu Ethan Hawke memberikan pesona pria sopan dan egois yang baik pada karakter John Harding sedangkan Julianne Moore sukses membuat karakternya begitu likeable sebagai wanita berwawasan dengan jiwa yang sama sintingnya seperti Maggie. Chemistry di antara karakter juga terasa memikat.



First of all Maggie’s Plan bukan sebuah romantic comedy yang luar biasa, ia punya beberapa kelemahan yang eksis meskipun tidak mengganggu, tapi dengan menggunakan template dan tone ala Woody Allen dan menjaga semuanya mengalir aman dengan momentum yang bersahaja Rebecca Miller berhasil menyajikan sebuah romantic comedy yang segar dan menarik. Membawa banyak isu seperti tekanan, sikap naif pada cinta, pernikahan, hingga perceraian, meskipun tidak fully romantic namun Maggie’s Plan berhasil menjadi sebuah sajian komedi berisikan usaha menemukan kebahagiaan yang terasa lucu dan terasa manis. Segmented. 













Thanks to rory pinem

0 komentar :

Post a Comment