28 January 2016

Review: Anomalisa (2015)


"Our time is limited, we forget that."

Anomali yang memiliki definisi sebuah penyimpangan terhadap sesuatu yang biasa/normal/umum dalam suatu lingkungan tertentu memiliki dua dimensi, yaitu dimensi fisik dan perilaku. Anomali dari dimensi perilaku merupakan perilaku yang menyimpang atau aneh dan ganjil dari perilaku yang biasa atau umum secara pribadi, individu, atau sosial. Well, sepintas terkesan sederhana memang, tapi bagaimana jika penyimpangan itu membuat kamu perlahan mulai menilai bahwa semua manusia di bumi kecuali kamu merupakan sosok yang sama? Anomalisa mencoba bermain-main dengan hal tersebut.

Penulis sukses bernama Michael Stone (David Thewlis) tiba di Cincinnati untuk menjadi pembicara dalam sebuah seminar tentang layanan pelanggan berdasarkan bukunya. Dari dalam pesawat, taksi, hingga hotel, Michael bertemu dengan orang-orang cerewet yang membuatnya merasa risih dan terganggu. Michael punya perasaan aneh, ia merasa bahwa dunia di sekitarnya berisikan orang-orang yang sama sehingga hidupnya tidak lagi berarti. Pada malam menjelang seminar Michael mendengar suara yang berbeda dari yang selama ini ia temui, suara Lisa (Jennifer Jason Leigh), wanita pemalu yang berhasil membuat Michael tertarik, wanita yang seolah menjadi cahaya yang menerangi kehidupan Michael yang telah gelap. 


Anomalisa memang dimulai dengan sangat tenang, sangat santai malah, tapi sejak awal Charlie Kaufman dan Duke Johnson sudah berhasil membuat kita para penonton menaruh rasa aneh pada sosok Michael Stone yang bertemu dengan orang-orang aneh dengan gerak seperti sebuah pinball. Di dalam pesawat kamu akan menaruh rasa curiga bahwa pria berperawakan tenang itu sedang punya masalah, dan lanjut ke dalam taksi hingga hotel semua semakin runcing. Itu lucu karena tidak ada pergerakan konflik yang begitu berarti di bagian awal itu, hanya seorang pria dengan ekspresi yang menggambarkan rasa jenuh pada kehidupan, tapi perlahan semua bergerak ke arah yang lebih kompleks karena point utama tentang sebuah krisis eksistensial yang coba diusung oleh Charlie Kaufman di sini juga semakin menarik untuk diamati.



Ya, ini mungkin akan terasa sedikit unik bahkan aneh, sebuah film animasi stop-motion yang justru berisikan sandiwara bersama masalah yang cukup berat lengkap dengan adegan dewasa, tapi seperti judul yang ia gunakan Anomalisa sukses menampilkan isu tentang penyimpangan dan ketidaknormalan yang kemudian bisa kamu tarik ke area yang lebih luas, tidak serta merta hanya sebatas psikologis seperti di dalam cerita. Mungkin tampak sederhana tapi Charlie Kaufman di sini justru mencoba menggambarkan sesuatu yang tidak sederhana denga fokus utama pada ketidaksempurnaan yang dimiliki oleh setiap manusia, seorang pria putus asa yang menemukan titik terang dalam sebuah perjalanan yang lantas harus bertarung dengan rasa ragu dan penyesalan.



Mengapa dari tadi hanya membahas betapa beratnya materi yang dimiliki oleh Anomalisa? Karena di sana bagian terbaik dari film animasi ini berada. Dari segi visual walaupun tidak istimewa ini tetap terasa padat, pilihan di bagian pengisi suara juga baik terutama teknik presentasi yang oke, tapi sejak awal hingga akhir ketimbang sibuk mengamati hal-hal tadi kamu akan lebih tertarik mengamati gejolak psikologi dari Michael Stones. Dengan bantuan Duke Johnson sekali lagi Charlie Kaufman berhasil menampilkan kehandalannya dalam bercerita, ia akan membawa kamu tidak berhenti berimajinasi, dari duniawi, depresi, ilusi, dan delusi dalam wujud sebuah komedi yang celakanya tidak pernah terasa sulit untuk diakses dan dirasakan oleh penonton, terus menarik dan bergerak menjadi sebuah kisah pedih yang terasa begitu otentik.



Anomalisa memang tidak menawarkan banyak hal dalam konteks konflik cerita, ia tidak punya ledakan yang besar, namun secara cermat dengan bermain-main di kamar, ruangan, lorong, dan lobby sebuah hotel Charlie Kaufman dan Duke Johnson berhasil terus mendorong sebuah anomali yang telah menjadi teman akrab di dunia modern sekarang ini dengan sebuah pertanyaan, apa arti bahagia dalam kehidupan bagi kamu? Dari putus asa sampai rasa sengsara, kesedihan dan juga cinta, ditemani dengan emosi yang dikelola dengan baik sehingga menghasilkan kedalaman yang asyik, Anomalisa berhasil menjadi sebuah kisah tentang manusia yang secara mengejutkan terasa padat dan manis. Peringatan, ini bukan film animasi untuk anak-anak.














Thanks to: rory pinem

0 komentar :

Post a Comment