23 January 2016

Review: The 5th Wave [2016]


Mari sambut satu lagi film young adult bertemakan bencana dunia yang mencoba peruntungannya untuk menembus pasar yang dapat dikatakan kini kembali sengit setelah di tinggal pergi oleh jagoannya, The Hunger Games. Haha, apakah kamu belum lelah? Jika belum silahkan coba film yang mengusung gelombang serangan dari alien sebagai materi utamanya ini, but warning, The 5th Wave is a “mean” adventure with member of Mean Girls, sebuah film bencana yang terlalu lembut.

Invasi alien meninggalkan bumi dalam kehancuran, dari pemadaman global, tsunami raksasa, hingga epidemi virus flu burung menyerang seluruh belahan dunia. Kini alien mencoba menangkap mereka yang lolos dari gelombang serangan ketiga. Gelombang serangan keempat “agen rahasia” segera tiba, hal yang memaksa Cassie Sullivan (Chloe Moretz Rahmat) untuk tidak mempercayai siapa pun ketika ia berusaha menyelamatkan adiknya dari pangkalan militer. Cassie kemudian memutuskan untuk bergabung dengan Evan Walker (Alex Roe). Namun gelombang serangan kelima adalah anak-anak, hal yang membuat Cassie menaruh rasa curiga pada adiknya. 



Sebenarnya inti dari sinopsis di atas tadi apa? Sederhana, bumi telah hancur dan kemudian menerima serangan the Others alias alien dalam lima gelombang di mana masing-masing gelombang memiliki jenis serangan yang berbeda. Di novel yang jadi sumber bahan cerita semua berhasil digambarkan dengan baik dan menarik sehingga saya merasa heran bagaimana bisa materi yang gemuk itu justru gagal digunakan dengan baik sehingga menyebabkan The 5th Wave menjadi sebuah sci-fi thriller yang membosankan ketika tampil di layar lebar. Ketika novel berisikan usaha menyelamatkan dunia film justru melakukan hal yang jauh lebih sederhana, Cassie menyelamatkan dirinya dari serangan kelima.



Masalah utama The 5th Wave adalah materi yang oke dari novel diubah kedalam bentuk screenplay yang terlalu sederhana. The 5th Wave menyederhanakan masalah yang harus dihadapi Cassie sehingga bukan hanya garis cerita terasa sangat tipis bahkan mungkin akan terasa tidak jelas bagi yang tidak membaca novelnya, namun elemen-elemen lain seperti drama, thriller, action, hingga romance juga jadinya sangat tipis. Sebut saja karakter, mereka tidak terasa berkembang padahal ada usaha menyelipkan kisah cinta di dalam cerita sehingga bagian romance terasa begitu memuakkan. Begitupula dengan genre lain seperti thriller yang miskin thrill, drama juga demikian terasa miskin emosi.



Penulis naskah benar-benar gagal total menjalankan tugas mereka di sini, alur plot penuh lubang, dialog juga terasa hambar bahkan menjengkelkan. Monolog yang seharusnya bertugas mengungkapkan apa yang dirasakan oleh batin di dalam kepala karakter juga jatuh menjadi bagian klise yang tidak penting. J Blakeson juga sama saja dengan kegagalan terbesar pada tidak mampunya ia membentuk karakter Cassie menjadi pahlawan yang meraih atensi dan empati penonton. Cassie di sini terlihat seperti salah satu anggota Mean Girls yang sedang piknik di medan perang. Permainan pov yang sebenarnya bisa digunakan sebagai senjata mematikan juga justru jadi boomerang menyakitkan bagi J Blakeson.



Unsur action The 5th Wave juga sama jeleknya. Sebuah film tentang bencana yang menyerang bumi justru hanya menghadirkan pertempuran yang sangat sangat hemat, kehadirannya juga seperti penggembira, tidak menghasilkan dampak yang menarik.  Penyebabnya karena J Blakeson tidak membuat proses yang menarik, gelombang serangan sebelum gelombang kelima digambarkan seadanya, emosi karakter juga seadanya, kamu hanya diberi tahu bahwa ada serangan yang datang mengancam dan seorang gadis muda berperawakan model harus bergegas agar dapat selamat. Jadi tidak heran meskipun visual efek tidak buruk hasil akhir film tetap terasa buruk, karena sejak awal hingga akhir penonton sulit merasa terlibat dan peduli pada apa yang terjadi di dalam cerita.



Tipe film seperti ini memang sudah begitu menjamur tapi bukan berarti itu sebuah pertanda bahwa sejak awal The 5th Wave pasti akan gagal. Film ini punya potensi, tapi sayangnya ia gagal memanfaatkan keuntungan yang ia miliki, khususnya pada materi cerita yang gemuk itu. Narasi yang terputus-putus, miskin gairah, miskin emosi, miskin thrill, sejak awal hingga akhir memilih bermain aman dan sederhana dengan bergerak militan, The 5th Wave resmi masuk ke dalam daftar film-film young adult yang gagal bersinar. Oh, I love Chloë Grace Moretz sejak ia tampil di Kick-Ass, tapi ia terlalu manis di sini. Carrie okay, not Cassie.







0 komentar :

Post a Comment