18 October 2015

Review: Bridge of Spies (2015)


"We have to have the conversations our governments can't."

Bridge of Spies adalah sebuah film “dingin” yang menyenangkan. Seperti judul yang ia gunakan isinya seputar aksi spy tapi ketimbang menghibur kamu dengan ledakan besar ia lebih memilih untuk menjadi sebuah kemasan yang lebih kalem, sebuah drama thriller yang lebih renyah namun tetap menghasilkan punch yang memikat di akhir cerita. Steven Spielberg dinilai sebagai sutradara film terbesar sepanjang masa, dan Bridge of Spies menjadi entry terbaru yang semakin menguatkan penilaian tadi. Personally, for me ini film terbaik Steven Spielberg setelah Schindler's List, a triumph of filmmaking.

Tahun 1957 pada puncak Perang Dingin, James B. Donovan (Tom Hanks), seorang pengacara asuransi, diminta oleh Pemerintah USA untuk menjadi wakil bagi kasus seorang pria bernama Rudolf Abel (Mark Rylance). Abel ditangkap oleh FBI atas tuduhan menjadi mata-mata bagi KGB. Semua orang menilai bahwa keterlibatan Donovan pada kasus Abel hanya sebatas formalitas hukum, namun ternyata Donovan memilih bersikap lain. Donovan justru bersikeras membela Abel yang berasal dari Uni Soviet, musuh negaranya. Donovan ingin agar kliennya tersebut mendapat pengadilan yang adil, salah satunya dengan mencoba menggunakan Abel untuk membebaskan seorang pilot dan mahasiswa USA yang tertangkap di Uni Soviet dan Berlin.



Bridge of Spies adalah bukti bahwa klasik tidak pernah akan mati selama manusia tahu cara menyuntikkan rasa segar ke dalamnya. Itu yang dilakukan oleh Steven Spielberg di sini, seolah seperti sebuah surat cinta kepada penonton untuk mengingatkan sisi indah dari sebuah drama spionase old-school dengan menggunakan usaha kepahlawanan dari sebuah kisah nyata yang di tulis ulang oleh Matt Charman, Joel Coen, dan Ethan Coen. Dibuka dengan sebuah misteri yang begitu sederhana untuk meninggalkan kamu bertanya siapa karakter Abel sebenarnya kita justru dibawa bertemu dengan Donovan yang melakukan sebuah tindakan “gila”, sebuah start yang sangat manis karena dengan begitu penonton seperti di set untuk menantikan ledakan macam apa yang kemudian akan muncul.



Tapi ternyata tidak demikian Bridge of Spies bercerita. Ketimbang memberi ledakan besar Steven Spielberg justru menghadirkan berbagai ledakan kecil yang menarik, semua sengaja di set untuk tampil sama dinginnya seperti setting cerita, mengupas secara perlahan sebuah masalah yang kemudian bertemu dengan masalah lain untuk diatasi oleh Donovan. Steven Spielberg sangat ahli dalam tipe bercerita seperti itu, ia kembali membuat visual tampak tenang tapi cerita di dalamnya terus menerus bergerak menjadi lebih panas. Bridge of Spies punya thrill yang cantik sejak awal hingga akhir, terkadang bergerak cepat dan sesekali memainkan tempo untuk memperdalam masalah dan tentu saja isu yang ia bawa tapi tidak pernah kehilangan ketukan pada situasi sulit yang harus di hadapi Donovan.



Bridge of Spies memang memakai aksi mata-mata sebagai pondasi utamanya namun saya lebih suka menyebut film ini sebagai representasi dari isu kemanusiaan dan moral. Politik memang menjadi warna utama tapi Steven Spielberg tidak pernah tekan itu untuk terlalu dominan, lebih sering ia pakai untuk menjaga batas dari dua kubu di antara Donovan, dan di tengah-tengahnya Steven Spielberg gunakan untuk memainkan persepsi penonton. Permainan persepsi itu salah satu bagian paling menarik dari Bridge of Spies terlebih karena sisi jahat dan sisi baik sendiri tidak pernah terbentuk secara frontal. Saya suka dengan hal itu, berbagai konfrontasi dan negosiasi klasik yang selalu kembali ke inti utama misi film itu sendiri, menjadi drama tentang humanisme.



Hal tersebut yang menjadi alasan mengapa Bridge of Spies terasa istimewa, ia bukan sekedar menjadi gambaran kisah antara USA dan Uni Soviet, ini adalah penggambaran dari hal suram yang terjadi pada dunia sekarang ini dimana Rudolf Abel, Francis Gary Powers, dan Frederic Pryor menjadi wakil dari umat manusia yang siap menjadi korban dari sikap humanisme yang saya yakin tidak lama lagi akan menjadi lelucon di bumi. Steven Spielberg berhasil meninggalkan punch yang asyik pada hal tersebut, pada truth, respect, and justice, semua tanpa terkesan menggurui. Saya juga suka dengan sikap optimisme dari Donovan, ditampilkan dengan sangat baik oleh Tom Hanks, walaupun meski ia menjadi penggerak cerita highlight film ini di sektor akting justru menjadi milik Mark Rylance, menampilkan penjiwaan yang begitu cantik.



Bridge of Spies merupakan satu dari sedikit film di tahun 2015 yang mampu menciptakan impresi begitu kuat di berbagai elemen yang ia miliki, dari akting yang menghidupkan karakter dengan sangat baik, kualitas script dalam menciptakan liku-liku tanpa kewalahan ketika mencoba sedikit lucu, sinematografi yang cantik, score yang sukses menjaga thrill, tatanan produksi, dan tentu saja kinerja sutradara dalam mengendalikan itu semua. Bridge of Spies memang bukan merupakan film spy penuh ledakan besar, ia film spy yang renyah namun tetap mampu menciptakan output yang sangat kuat dan dalam hal ini terkait isu moral hingga sikap pantang menyerah. Salah satu filmmaking terbaik dari Steven Spielberg, Bridge of Spies adalah top-notch drama thriller yang "nakal" dan sopan. Segmented. (rg)











Cowritten with rory pinem

0 komentar :

Post a Comment